Sabtu, 08 Agustus 2009

Kematian itu (memang) susah ditebak…

Seminggu terakhir ini pers sibuk menayangkan berita tentang kematian. Ada kematian artis yang sedang naik daun, pujangga si burung merak nan anggun itu, kematian penumpang dan awak maskapai penerbangan merpati dan terakhir yang lebih heboh lagi kematian gembong teroris di Temanggung juga anak buahnya di Bekasi.

Mengapa saya beri judul tulisan ini kematian susah ditebak. Mungkin sebagian dari kita sudah mafhum, bahwa diantara rahasia yang maha kuasa adalah kematian, selain jodoh dan rejeki. Kematian memang susah ditebak, sebut saja artis raja pop dunia yang sedang mempersiapkan konser mega tunggalnya, belum tiba saatnya manggung, tidak ada kabar berita sakit atau apa tiba-tiba kematian menjemputnya, dan dunia heboh… juga didalam negeri, artis yg tidak kalah fenomenal, yang terlambat menjadi terkenal, sedang laris lagunya dihafal penikmat, tiba-tiba kematian datang juga… belum genap tujuh hari, sahabatnya yang juga ‘pemilik’ tempat liang lahat untuk mengubur artis tadi pun tiba-tiba pula dijemput oleh kematian.

Lalu kabar melompat ke pulau di ujung nusantara, sebuah pesawat terbang tiba-tiba dikabarkan hilang dan ternyata ditemukan sudah menjadi puing, dan semua orang yg ada dipesawat itu pun menemui kematian.. serta saat ini, tidak henti-henti layar televise, surat kabar maupun radio ramai membicarakan keberhasilan polisi menangkap teroris. Ada berbagai pakar diwawancara, peneliti teroris maupun intelejen kebanjiran order siaran membicarakannya. Apapun yang dibicarakan, teori segala macam dikeluarkan yang kadang membuat jidat berkali-kali mengerenyit, hakikatnya mereka juga bicara kematian. Kematian orang yang diberondong peluru dikamar mandi ataupun dirumah kontrakan. Mungkin sorenya mereka segar bugar, namun juga tiba-tiba kematian menjemputnya.

Apapun caranya, kematian memang mudah datang dan susah ditebak. Siapa sangka si embah yang punya tertawa khas itu tiba-tiba mati. Siapa duga si burung merak temannya juga menyusul dengan cepat. Siapa sangka pula bayi yang naik pesawat itu juga meninggal. Dan siapa juga mengira penyewa mobil itu juga meninggal. Padahal mungkin mereka atau kita tidak mempunyai firasat apapun. Si embah, si burung merak, si bayi, bahkan si ‘teroris’ tidak menyangka akan berakhir jatah hidupnya. Kenapa mesti sekarang, kenapa tidak dulu saja atau kenapa tidak besok-besok saja. Ah, itu mah rahasia sang Gusti… Ternyata kematian tidaklah mengenal umur, tempat bahkan cara. Kalau kita sedikit saja mau merenungkannya, mungkin keyakinan kita akan bertambah. Bahwa Ia pernah berkata “"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, sedang akhirat lebih baik bagi orang-orang bertakwa, dan kamu sekalian (yang bertakwa dan yang tidak) tidak akan dianiaya sedikitpun” (QS Al-Nisa': 77).

Jadi kehidupan itu sebentar dan kematian tidak terduga.. lalu apakah akan disia-siakan kesebentaran ini dan kematian bisa menjemput kapan saja, sementara kehidupan abadi justru datang setelahnya…? Saya pun tidak mudah menjawabnya…

Goetttingen, 9 agustus 2009

Tidak ada komentar: