Rabu, 19 Agustus 2009

Lelaki bercelana ngatung dan wanita bercadar: riwayatmu kini

Luar biasa, mungkin kata tersebut cukup mewakili dampak dari ledakan bom yang terjadi di dua hotel berbintang di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Mulai dari ‘dampak’ meninggalnya korban, pidato presiden yang menuai kontrofersi, tenggelamnya berita kasus ‘sengketa’ pemilu hingga saat ini dampak psikologis maupun social.

Saya tidak akan menulis tentang teori konspirasi, karena memang bukan ahlinya. Namun sedikit kegundahan sebagai warga Negara Indonesia yang melihat begitu hebatnya berita kejadian tersebut dan segala turunannya menghujani pola berfikir rakyat Indonesia tiap saat dan hampir dari tiap penjuru. Semua stasiun berita elektronik dan cetak seperti tidak kehabisan berita dengan tema yang sama “memburu teroris”. Namun ternyata dampak tersebut tidak berhenti sampai disitu. Lebih hebat lagi dampak sosial humanisme masyarakat yang secara sadar atau tidak digiring untuk mengiyakan bahwa teroris itu mempunyai ciri rajin beribadah, mudah bergaul, baik sesama warga. dari segi fisik mereka yang pria akan berjenggot dan bercelana ngatung. Itupun masih ditambah jika yang wanita akan memakai cadar.. luar biasa!

Sadar atau tidak masyarakat sedang diajarkan untuk tidak mudah percaya kepada orang yang mempunyai ciri tersebut. Bisa dibayangkan, orang yang rajin beribadah serta baik dengan tetangga akan mendapat sorotan lain saat ini. Sementara Indonesia mempunyai kultur gotong royong dan kekeluargaan serta adat ketimuran yang mudah peduli dengan tetangga, masyarakat. Lalu bagaimana pula nasib sebagian warga Negara yang memilih berbusana sesuai keyakinannya menutup aurat dengan ditambah cadar atau lelaki yang memakai celana ngatung… dan itu terbukti, di Jawa tengah belasan lelaki terpaksa berurusan dengan polisi karena memakai celana ngatung, juga di Serang sepasang suami istri juga diciduk polisi ‘hanya’ gara-gara memakai identitas tadi…
Luar biasa, padahal yang mereka ‘tangkap’ adalah warga Negara Indonesia yang menganut ajaran agama Islam resmi diakui oleh Negara.. justru mereka sedang berusaha mengerjakan perintah agamanya.. mereka juga warga Negara yang mempunyai hak melaksanakan agamanya seperti lainnya.. tapi apa daya, Indonesia yang mayoritas muslim ini sudah terlanjur asik dengan dunianya, berbusana ala barat dijadikan kiblat sementara menutup sempurna aurat menjadi cela.. lalu mau sampai seperti apakah nantinya negeri tercinta ini? Belum cukupkah 64 tahun umurnya untuk menjadi lebih bijak? Bijak sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar merenungi sabda Tuhan-Nya: “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS 7:96)”

Ya Rabbi, ampuni kami… tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat. Amin.

Tidak ada komentar: