Sabtu, 10 Oktober 2009

detikcom : Sekolah, Tenda hingga Dapur Darurat Tak Bisa Lagi Digunakan

title : Sekolah, Tenda hingga Dapur Darurat Tak Bisa Lagi Digunakan
summary : Kencangnya angin dari putaran baling-baling helikopter milik AS membuat komplek pengungsian di Padang Pariaman rusak parah. Sekolah hingga rumah-rumah yang masih dalam proses pembangunan tak bisa lagi digunakan. (read more)

Jumat, 09 Oktober 2009

SURAT AT TAUBAH

Surat at-Taubah merupakan surat ke-9 di dalam al-qur'an. Yang berbeda dari surat ini adalah ketika membacanya tidak dianjurkan membaca basmalah sebagaimana membaca surat yang lain. Mengapa? dalam sebuah pendapat dikatakan bahwa karena isi surat ini adalah pemutusan perjanjian dengan kaum musyrikin, maka tidak disertakan basmalah saat membacanya. Pemutusan diidentikkan dengan keberanian dan kesiapan berperang dengan kaum musyrikin, tidak lagi berdamai, sementara kata basmalah diidentikkan dengan rahmat dan kasih sayang.

Subhanallah.,....Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, kaum muslimin yang saat ini sangat jauh dari keberanian. Sangat takut kepada kaum kafir penjajah. Saking takutnya sampai harus saling mencurigai sesama muslim. Isu terorisme di negeri ini misalnya. isu ini telah membuat orang-orang shaleh dicurigai. Lihatlah peristiwa yang terjadi di negeri kita ini. Saudara-saudara yang bercadar dan bercelana ngatung dipandang sinis. Orang-orang yang menghidupkan mesjid dengan shalat jama'ah, meramaikan dengan kegiatan islami, membentuk remaja mesjid, mengadakan TPA, semuanya diwaspadai.

Tak ada lagikah tempat bagi orang-orang shaleh di negeri ini? Sudah sedemikian takutnyakah masyarakat pada kebaikan? pada senyum tulus yang mengajak mengaji islam? pada seruan dan ajakan diskusi tentang islam?

Benarlah sabda rasulullah tentang al-ghuraba. Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim No.145 :

بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”. Dan hadits ini adalah hadits yang mutawatir.

Ya Rabbi,
Engkaulah Pemilik kekuatan, maka hancurkanlah penguasa dholim yang mendholimi kaum muslimin
Engkaulah yang menciptakan keberanian dan rasa takut
Maka sisipkanlah rasa takut di hati orang-orang kafir yang membenci aga-Mu
dan teguhkanlah hati-hati hamba-Mu agar kuat dalam perjuangan menegakkan syiar-Mu
Engkaulah yang Menentukan dan memutuskan
Maka segerakanlah kesatuan kaum muslimin
di bawah naungan khilafah rasyidah yang akan menerapkan seluruh hukum-Mu
yang akan mengibarkan bendera ar-rayah dan al-liwa-Mu
Ya Rabbi....diri yang lemah ini memohon pada-Mu
Memohon agar dimasukkan dalam golongan orang-orang yang ghuraba itu.
Amin

SURAT AT TAUBAH

Surat at-Taubah merupakan surat ke-9 di dalam al-qur'an. Yang berbeda dari surat ini adalah ketika membacanya tidak dianjurkan membaca basmalah sebagaimana membaca surat yang lain. Mengapa? dalam sebuah pendapat dikatakan bahwa karena isi surat ini adalah pemutusan perjanjian dengan kaum musyrikin, maka tidak disertakan basmalah saat membacanya. Pemutusan diidentikkan dengan keberanian dan kesiapan berperang dengan kaum musyrikin, tidak lagi berdamai, sementara kata basmalah diidentikkan dengan rahmat dan kasih sayang.

Subhanallah.,....Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, kaum muslimin yang saat ini sangat jauh dari keberanian. Sangat takut kepada kaum kafir penjajah. Saking takutnya sampai harus saling mencurigai sesama muslim. Isu terorisme di negeri ini misalnya. isu ini telah membuat orang-orang shaleh dicurigai. Lihatlah peristiwa yang terjadi di negeri kita ini. Saudara-saudara yang bercadar dan bercelana ngatung dipandang sinis. Orang-orang yang menghidupkan mesjid dengan shalat jama'ah, meramaikan dengan kegiatan islami, membentuk remaja mesjid, mengadakan TPA, semuanya diwaspadai.

Tak ada lagikah tempat bagi orang-orang shaleh di negeri ini? Sudah sedemikian takutnyakah masyarakat pada kebaikan? pada senyum tulus yang mengajak mengaji islam? pada seruan dan ajakan diskusi tentang islam?

Benarlah sabda rasulullah tentang al-ghuraba. Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim No.145 :

بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”. Dan hadits ini adalah hadits yang mutawatir.

Ya Rabbi,
Engkaulah Pemilik kekuatan, maka hancurkanlah penguasa dholim yang mendholimi kaum muslimin
Engkaulah yang menciptakan keberanian dan rasa takut
Maka sisipkanlah rasa takut di hati orang-orang kafir yang membenci aga-Mu
dan teguhkanlah hati-hati hamba-Mu agar kuat dalam perjuangan menegakkan syiar-Mu
Engkaulah yang Menentukan dan memutuskan
Maka segerakanlah kesatuan kaum muslimin
di bawah naungan khilafah rasyidah yang akan menerapkan seluruh hukum-Mu
yang akan mengibarkan bendera ar-rayah dan al-liwa-Mu
Ya Rabbi....diri yang lemah ini memohon pada-Mu
Memohon agar dimasukkan dalam golongan orang-orang yang ghuraba itu.
Amin

SURAT AT TAUBAH

Surat at-Taubah merupakan surat ke-9 di dalam al-qur'an. Yang berbeda dari surat ini adalah ketika membacanya tidak dianjurkan membaca basmalah sebagaimana membaca surat yang lain. Mengapa? dalam sebuah pendapat dikatakan bahwa karena isi surat ini adalah pemutusan perjanjian dengan kaum musyrikin, maka tidak disertakan basmalah saat membacanya. Pemutusan diidentikkan dengan keberanian dan kesiapan berperang dengan kaum musyrikin, tidak lagi berdamai, sementara kata basmalah diidentikkan dengan rahmat dan kasih sayang.

Subhanallah.,....Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, kaum muslimin yang saat ini sangat jauh dari keberanian. Sangat takut kepada kaum kafir penjajah. Saking takutnya sampai harus saling mencurigai sesama muslim. Isu terorisme di negeri ini misalnya. isu ini telah membuat orang-orang shaleh dicurigai. Lihatlah peristiwa yang terjadi di negeri kita ini. Saudara-saudara yang bercadar dan bercelana ngatung dipandang sinis. Orang-orang yang menghidupkan mesjid dengan shalat jama'ah, meramaikan dengan kegiatan islami, membentuk remaja mesjid, mengadakan TPA, semuanya diwaspadai.

Tak ada lagikah tempat bagi orang-orang shaleh di negeri ini? Sudah sedemikian takutnyakah masyarakat pada kebaikan? pada senyum tulus yang mengajak mengaji islam? pada seruan dan ajakan diskusi tentang islam?

Benarlah sabda rasulullah tentang al-ghuraba. Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim No.145 :

بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”. Dan hadits ini adalah hadits yang mutawatir.

Ya Rabbi,
Engkaulah Pemilik kekuatan, maka hancurkanlah penguasa dholim yang mendholimi kaum muslimin
Engkaulah yang menciptakan keberanian dan rasa takut
Maka sisipkanlah rasa takut di hati orang-orang kafir yang membenci aga-Mu
dan teguhkanlah hati-hati hamba-Mu agar kuat dalam perjuangan menegakkan syiar-Mu
Engkaulah yang Menentukan dan memutuskan
Maka segerakanlah kesatuan kaum muslimin
di bawah naungan khilafah rasyidah yang akan menerapkan seluruh hukum-Mu
yang akan mengibarkan bendera ar-rayah dan al-liwa-Mu
Ya Rabbi....diri yang lemah ini memohon pada-Mu
Memohon agar dimasukkan dalam golongan orang-orang yang ghuraba itu.
Amin

Sabtu, 03 Oktober 2009

Doa untuk saudaraku di Padang

Bumi bergemuruh seakan ingin menghancurkan dan menelan apa saja yang ada di atasnya. Puluhan detik ia mengguncang-guncang, meluluhlantakkan apa saja. Tidak peduli bangunan sekokoh apapun akan dirobohkannya. Besi bahkan baja juga tidak mampu menyangganya. Allahu Akbar..
Dan, hanya butuh puluhan detik saja bangunan-bangunan itu roboh menimbun penghuninya. Bahkan seisi desa pun tenggelam ke tanah, juga mengubur hidup-hidup penduduknya... Allahu Akbar...
Kami pun hanya bisa menyaksikan dari layar berita di televisi, di koran maupun internet ratusan jiwa menjadi korban.. raungan tangis keluarga yang ditinggalkan begitu menyayat disela-sela para relawan yang gigih terus berusaha mencari korban... Allahu Akbar..
Berita gempa di Padang ini menyebar. Pembimbing penelitian saya menitipkan salam duka untuk para korban. Juga jamaah masjid Al-Iman di kota ini pun menghaturkan doa selepas shalat Ashar kemaren... Allahu Akbar...
Tidak terbayangkan bagaimana suasana yang hingga saat ini masih terjadi disana. Di sela-sela reruntuhan masih ditemukan para korban yang selamat.. para relawan yang tidak kenal menyerah terus berusaha menggali, mencari-cari kemungkinan adanya korban selamat ditemukan.. Allahu Akbar...
Ya Allah yang Maha Gagah... kuasaMu atas segala sesuatu.. entah apa dosa yang telah bangsa Indonesia telah lakukan.. namun semoga saja kami bukan termasuk seperti kaum Samud yang durhaka kepadaMu, tidak amanah terhadap peringatan Nabi Shalih, hingga Engkau timpakan gempa yang mengubur mereka..
Juga semoga kami juga bukan termasuk seperti kaum Madyan yang juga ingkar pada nabi Syuaib, hingga Engkau timpakan gempa karena mengindahkan perintahMu...
Ya Alloh yang Maha Besar.. berilah tempatMu yang Mulia bagi kaum muslim, saudara-saudara kami yang menjadi korban.. jadikanlah mereka syahid disisiMu.. kuatkanlah keshabaran dan ketabahan bagi sanak keluarganya...
Ya Alloh yang Maha Penyayang... jadikanlah bangsa Indonesia, bangsa yang pandai bersyukur kepadaMu, bukan bangsa yang ingkar kepada segala nikmatMu.. hingga adzab Engkau timpakan kepada kami...
Ya Alloh yang Maha Kuat... berilah kemudahan bagi para relawan dan petugas disana.. meski semakin waktu harapan ditemukannya korban selamat kecil, namun hanya atas kuasaMu Engkau bisa menjaganya..
Ya Alloh yang Maha Pengampun... ampunilah dosa-dosa kami… janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Amin…

Goettingen, 3 Oktober 2009

Kamis, 01 Oktober 2009

GEMPA MENGGUNJANG PADANG DAN JAMBI

Belum lekang dari ingatan gempa yang mengguncang tasikmalaya beberapa waktu lalu. Tepatnya tanggal 2 September lalu. Gempa berkekuatan 7.3 SR itu masih menyisakan pedih dan duka hingga kini. Pemulihan pasca gempa pun belum rampung. Sungguh Allah maha kuasa dan berkehendak atas segala sesuatu, kemaren sore tanggal 30 September pukul 5 sore terjadi kembali gempa di Padang Pariaman Sumatra Barat. Allahuakbar. Gempa berkekuatan 7.6 SR tersebut hingga saat tulisan ini dibuat sedikitnya telah menelan 75 korban jiwa dan masih banyak lagi orang-orang yang dilaporkan hilang. Belum lagi para warga berani memasuki rumah-rumah mereka karena khawatir akan gempa susulan, ternyata gempa kembali mengguncang tadi pagi pukul 8.45 WIB. Kali ini berpusat di Sungai Penuh Jambi,dengan kekuatan 7 SR. Allahuakbar.

Indonesia diketahui memang termasuk daerah yang rawan gempa karena berada di atas pertemuan lempengan-lempengan bumi. Dan pengetahuan ini telah diketahui oleh para ilmuwan Indonesia sudah sejak lama,pun sudah diberitahukan kepada pemerintah. Lagi-lagi,ketidaksigapan pemerintah menjadi salah satu penyebab besarnya korban jiwa yang jatuh. Sudah bukan hal yang aneh jika pemerintah kita seringkali keduluan oleh bantuan dari asing di daerah-daerah bencana. Entahlah,apakah birokrasi itu terlalu baku saat ini?

Benarlah kiranya jika dewasa ini,tidak mungkin mengharapkan seorang pemimpin seperti khalifah Umar bin Khattab yang rela memanggul sekarung makanan dan langsung diantarkan kepada rakyatnya yang memerlukan seketika itu juga. Birokrasi dalam sistem pemerintahan kita saat ini bukan hanya rumit dan berbelit-belit tetapi juga persis seperti karet. Untuk masalah penetapan perpu mengenai pembentukan PLT KPK dengan cepat bisa dikeluarkan meski banyak pihak yang mengkritisi. Demikian pula dengan keputusan pengucuran dana untuk bank Century,bisa dicairkan dengan segera. Kenapa untuk penanggulangan korban bencana tidak bisa dilakukan sesegera itu? Kenapa bantuan itu bahkan lebih banyak datang dari swadaya dan swasta? Kenapa pemerintah pusat saling lempar dengan pemerintah daerah?

Semoga dengan musibah ini,kita semua tergerak untuk merenung,betapa Maha Kuasanya Allah. Masih sombongkah kita untuk tidak melaksanakan seluruh perintahnya? Seluruh syariatnya? Masihkah kita sombong dengan membandingkan hukum-Nya dengan hukum-hukum hasil pikiran manusia? Masihkah kita sombong dengan meragukan aturan dan ketetapan-Nya?..Sungguh kita tak layak berlaku demikian. Wallahua'lam.

Minggu, 30 Agustus 2009

Oleh-oleh fieldtrip 1: Juhnde: desa bio-energi

Sabtu (29/08) kemaren ada kegiatan ‘fieldtrip’ yang diselenggaran oleh manajemen Fakultas Pertanian. Mulai dari pengaturan acara ini saya sudah mulai kagum. Pengumuman cukup disebar lewat email karena maklum saja disini tiap orang sangat mudah akses internet dengan kecepatan bite-nya luar biasa. Lalu juga dengan membayar 4 Euro (Rp.50rb-an) saja, jumlah uang yg bahkan lebih murah untuk membeli seporsi kebab. Harga segitu kami akan diajak ke sebuah desa berbasis bio-energi (biogas), petani/peternak sapi perah dan peternakan kuda. Jikapun diminta bayar lebih, saya kira tidak rugi untuk dapat melihat lebih dekat pengelolaan biogas secara moderen juga bagaimana kehidupan keluarga petani disini.

Rombongan berangkat pukul 09.00 menggunakan bus. Saat menaiki bus ini, lagi-lagi saya dibuat kagum. Desain bisnya yang beda dengan yg biasa kita temukan di Indonesia. Tempat duduknya yang nyaman, lengkap dengan headset untuk mendengarkan musik, layaknya sedang naik pesawat terbang saja..

Perjalanan pertama singgah di desa Juhnde. Sebuah desa yang tak jauh dari Goettingen. Pengenal nama desa yang saya lihat cuma terbuat dari papan kecil, ditulis nama desa serta ditanam dengan paralon besi kecil. Jika tidak seksama, mungkin tidak sadar kalau kita sudah masuk wilayah desa tersebut. Langsung angan saya terbang ke perbatasan-perbatasan wilayah desa, kecamatan ataupun kabupaten dan provinsi yang ada di Indonesia yang biasanya dibuat ‘megah’ lengkap dengan gapuranya.

Kekaguman berikutnya ketika mulai memasuki wilayah instalasi bio-energi (biogas), dari kejauhan saya sudah melihat dua bagunan ‘bio-digester’ tempat fermentasi feces ternak untuk diambil gas nya. Luar biasanya besarnya, berdiameter 24 meter, tinggi 8 meter, sementara satunya lagi berdiameter 34 meter dan tinggi 6 meter. Lalu lalang traktor-traktor besar yang mengangkut silase dan kotoran ternak semakin menambah nuansa sibuknya kegiatan. Instalasi ini dibangun terpusat artinya bio-digester, ‘mesin’, tempat penampungan gas, bahan organic lain, kantor dibuat dalam satu area. Semua instalasi tersebut diletakkan diluar area pemukiman warga, dibuat layaknya sebuah pabrik industri yang memakan tempat 300 ha luasnya.

Kami disambut oleh ‘guide’ yang sehari-hari juga merupakan pekerja di tempat tersebut. Beliau sudah berusia 60an tahun, namun masih sangat aktif dan ramah mengantar rombongan dan menjelaskan segala macam. Pertama kami diantar ke ruang diskusi, untuk mendengarkan sekilas profile Juhnde sebagai desa bio-energi. Kemudian, perjalanan dilanjutkan untuk melihat papan informasi. Papan informasi ini menarik juga, disitu ditempel informasi mengenai bagaimana listrik dan air panas buat penghangat penduduk dibuat, berapa watt listrik yang dihasilkan dan sebagainya. Kemudian kami bergerak mendekat ke bio-digester, ‘mesin’ pengubah gas menjadi listrik, tempat penampungan bahan organic tambahan (rumput, jagung dll). Rombongan berikutnya diantar ke ruang mesin pembangkit listrik tenaga kayu bakar dan minyak. Dua instalasi terakhir ini biasa digunakan pada musim winter ketika kebutuhan air untuk penghangat rumah penduduk tinggi juga merupakan antisipasi jika pasokan listrik dari bio-digester berkurang. Secara umum seluruh instalasi di area tersebut terdiri dari instalasi bio-digester, pembangkit listrik tenaga api dan pembangkit listrik tenaga minyak.

Beberapa hal yang semakin membuat saya terkagum-kagum antara lain:

Pertama, instalasi bio-energy ini mampu menghasilkan listrik 10.000.000 kWh pertahun. Listrik ini tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan penduduk di desa Juhnde, namun juga dijual ke PLN-nya Jerman. Selain itu mereka mengklaim mampu menurunkan emisi gas CO-2 3.300 ton/tahun.

Kedua, selain listrik instalasi ini juga menghasilkan air panas yang dialirkan ke rumah-rumah penduduk desa sebagai pemanas ruangan. Hal ini dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari proses menghasilkan listrik. Mungkin ini salah satu hasil ikutan proses tersebut. Jika sebelumnya masyarakat perlu membeli minyak untuk menghidupkan mesin pemanas rumah, kini mereka tdk melakukannya lagi.

Ketiga, berbeda dengan konsep yang biasa diterapkan di Negara berkembang, dimana instalasi dikelola secara bersama-sama oleh penduduk, di Juhnde boleh dikatakan sangat professional layaknya industri dengan tenaga kerja terampil dan peralatan yang moderen serta manajemen profesional. Biaya pembangunannya mencapai 4,3 juta Euro atau setara Rp. 60,2 M. Sepertinganya berasal dari pemerintah daerah. Sebuah nilai yang sebenarnya ‘tdk seberapa’ untuk sebuah negara termasuk Indonesia.

Keempat, konsep pembuatan program Juhnde sebagai desa bio-energi dilaksanakan bersama-sama dengan penduduk desa. mereka membagikan diri masuk ke dalam devisi-devisi yang masing-masing mempunyai tupoksi yang berbeda. Sehingga masyarakat benar-benar bisa merasa ‘memiliki’ dan merawatnya. Selain itu instalasi ini juga merupakan bentuk kerjasama yg sukses antara pemerintah - perguruan tinggi (uni Goettingen) – industri (listik) dan masyarakat.

Kelima, kebutuhan kotoran ternak ‘hanya’ berasal dari 9 peternak, namun jumlah ternak sapi perahnya mencapai 500 ekor he he.. Sementara silase dan kayu juga didatangkan dari wilayah tersebut, sehingga masyarakat juga dapat menjual hasil samping pertaniannya ke instalasi tersebut.

Keenam, jika dibayangkan instalasi bio-energi ini kumuh dan jorok karena berurusan dengan kotoran sapi, Juhnde justru layaknya tempat wisata yang cukup menarik dan nyaman. Saya terbayang mungkin ini bisa diterapkan untuk melengkapi program “Agro-Edu Tourism” di laboratorium lapang Fakultas Peternakan. Pelayanan guide yang professional, meskipun beliau sudah sepuh.. rumah singgah yang dibuat dari kayu, digunakan sebagai kantor, ruang diskusi tamu dan acara penyambutan tamu dengan desain taman yang menarik. Juga petunjuk dan papan informasi yang lengkap dan nyaman untuk dibaca, meski kali ini mereka masih hanya menggunakan bahasa Jerman.. padahal tamu mereka berasal dari hampir seluruh dunia hehe.. maklum lah Jerman juga termasuk ‘fanatic’ dengan bahasa ibunya.

Success story program ini dalam memotivasi masyarakat untuk aktif dalam pembangunan dan pengelolaan Juhnde sebagai desa bio-energi mempunyai beberapa resep. Setidaknya ada 3 hal yg saya tangkap: 1). penjelasan secara menyeluruh kepada masyarakat ttg konsep melalui village-gathering maupun informasi tertulis, juga dijelaskan masalah-masalah yang kemungkinan muncul. 2). Partisipasi aktif masyarakat dalam workshop maupun kelompok kerja (divisi) yg dibentuk, dan 3). Tenaga kerja dan individu yang kompeten yg menangani dan menjembatani antara project dan masyarakat.

Setelah kami selesai diajak melihat langsung hampir seluruh instalasi tersebut, perjalanan diteruskan melihat salah satu petani/peternak yang ikut berperan dalam program ini. Ah, nanti saja ya cerita tentang bagaimana beliau, istri dan seorang anaknya mengelola lahan pertanian seluas 100-an ha dan sapi 100 ekor…
Ruar biasa..!!

Goettingen, 30 Agustus 2009

Rabu, 19 Agustus 2009

Lelaki bercelana ngatung dan wanita bercadar: riwayatmu kini

Luar biasa, mungkin kata tersebut cukup mewakili dampak dari ledakan bom yang terjadi di dua hotel berbintang di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Mulai dari ‘dampak’ meninggalnya korban, pidato presiden yang menuai kontrofersi, tenggelamnya berita kasus ‘sengketa’ pemilu hingga saat ini dampak psikologis maupun social.

Saya tidak akan menulis tentang teori konspirasi, karena memang bukan ahlinya. Namun sedikit kegundahan sebagai warga Negara Indonesia yang melihat begitu hebatnya berita kejadian tersebut dan segala turunannya menghujani pola berfikir rakyat Indonesia tiap saat dan hampir dari tiap penjuru. Semua stasiun berita elektronik dan cetak seperti tidak kehabisan berita dengan tema yang sama “memburu teroris”. Namun ternyata dampak tersebut tidak berhenti sampai disitu. Lebih hebat lagi dampak sosial humanisme masyarakat yang secara sadar atau tidak digiring untuk mengiyakan bahwa teroris itu mempunyai ciri rajin beribadah, mudah bergaul, baik sesama warga. dari segi fisik mereka yang pria akan berjenggot dan bercelana ngatung. Itupun masih ditambah jika yang wanita akan memakai cadar.. luar biasa!

Sadar atau tidak masyarakat sedang diajarkan untuk tidak mudah percaya kepada orang yang mempunyai ciri tersebut. Bisa dibayangkan, orang yang rajin beribadah serta baik dengan tetangga akan mendapat sorotan lain saat ini. Sementara Indonesia mempunyai kultur gotong royong dan kekeluargaan serta adat ketimuran yang mudah peduli dengan tetangga, masyarakat. Lalu bagaimana pula nasib sebagian warga Negara yang memilih berbusana sesuai keyakinannya menutup aurat dengan ditambah cadar atau lelaki yang memakai celana ngatung… dan itu terbukti, di Jawa tengah belasan lelaki terpaksa berurusan dengan polisi karena memakai celana ngatung, juga di Serang sepasang suami istri juga diciduk polisi ‘hanya’ gara-gara memakai identitas tadi…
Luar biasa, padahal yang mereka ‘tangkap’ adalah warga Negara Indonesia yang menganut ajaran agama Islam resmi diakui oleh Negara.. justru mereka sedang berusaha mengerjakan perintah agamanya.. mereka juga warga Negara yang mempunyai hak melaksanakan agamanya seperti lainnya.. tapi apa daya, Indonesia yang mayoritas muslim ini sudah terlanjur asik dengan dunianya, berbusana ala barat dijadikan kiblat sementara menutup sempurna aurat menjadi cela.. lalu mau sampai seperti apakah nantinya negeri tercinta ini? Belum cukupkah 64 tahun umurnya untuk menjadi lebih bijak? Bijak sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar merenungi sabda Tuhan-Nya: “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS 7:96)”

Ya Rabbi, ampuni kami… tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat. Amin.

Sabtu, 08 Agustus 2009

Kematian itu (memang) susah ditebak…

Seminggu terakhir ini pers sibuk menayangkan berita tentang kematian. Ada kematian artis yang sedang naik daun, pujangga si burung merak nan anggun itu, kematian penumpang dan awak maskapai penerbangan merpati dan terakhir yang lebih heboh lagi kematian gembong teroris di Temanggung juga anak buahnya di Bekasi.

Mengapa saya beri judul tulisan ini kematian susah ditebak. Mungkin sebagian dari kita sudah mafhum, bahwa diantara rahasia yang maha kuasa adalah kematian, selain jodoh dan rejeki. Kematian memang susah ditebak, sebut saja artis raja pop dunia yang sedang mempersiapkan konser mega tunggalnya, belum tiba saatnya manggung, tidak ada kabar berita sakit atau apa tiba-tiba kematian menjemputnya, dan dunia heboh… juga didalam negeri, artis yg tidak kalah fenomenal, yang terlambat menjadi terkenal, sedang laris lagunya dihafal penikmat, tiba-tiba kematian datang juga… belum genap tujuh hari, sahabatnya yang juga ‘pemilik’ tempat liang lahat untuk mengubur artis tadi pun tiba-tiba pula dijemput oleh kematian.

Lalu kabar melompat ke pulau di ujung nusantara, sebuah pesawat terbang tiba-tiba dikabarkan hilang dan ternyata ditemukan sudah menjadi puing, dan semua orang yg ada dipesawat itu pun menemui kematian.. serta saat ini, tidak henti-henti layar televise, surat kabar maupun radio ramai membicarakan keberhasilan polisi menangkap teroris. Ada berbagai pakar diwawancara, peneliti teroris maupun intelejen kebanjiran order siaran membicarakannya. Apapun yang dibicarakan, teori segala macam dikeluarkan yang kadang membuat jidat berkali-kali mengerenyit, hakikatnya mereka juga bicara kematian. Kematian orang yang diberondong peluru dikamar mandi ataupun dirumah kontrakan. Mungkin sorenya mereka segar bugar, namun juga tiba-tiba kematian menjemputnya.

Apapun caranya, kematian memang mudah datang dan susah ditebak. Siapa sangka si embah yang punya tertawa khas itu tiba-tiba mati. Siapa duga si burung merak temannya juga menyusul dengan cepat. Siapa sangka pula bayi yang naik pesawat itu juga meninggal. Dan siapa juga mengira penyewa mobil itu juga meninggal. Padahal mungkin mereka atau kita tidak mempunyai firasat apapun. Si embah, si burung merak, si bayi, bahkan si ‘teroris’ tidak menyangka akan berakhir jatah hidupnya. Kenapa mesti sekarang, kenapa tidak dulu saja atau kenapa tidak besok-besok saja. Ah, itu mah rahasia sang Gusti… Ternyata kematian tidaklah mengenal umur, tempat bahkan cara. Kalau kita sedikit saja mau merenungkannya, mungkin keyakinan kita akan bertambah. Bahwa Ia pernah berkata “"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, sedang akhirat lebih baik bagi orang-orang bertakwa, dan kamu sekalian (yang bertakwa dan yang tidak) tidak akan dianiaya sedikitpun” (QS Al-Nisa': 77).

Jadi kehidupan itu sebentar dan kematian tidak terduga.. lalu apakah akan disia-siakan kesebentaran ini dan kematian bisa menjemput kapan saja, sementara kehidupan abadi justru datang setelahnya…? Saya pun tidak mudah menjawabnya…

Goetttingen, 9 agustus 2009

Kamis, 30 Juli 2009

Nyadran

Di tataran Jawa, sebagaimana biasanyanya bulan Ruwah (sya’ban) merupakan waktu diselenggarakan kegiatan ritual social-keagamaan yg disebut nyadran. Social karena kegiatan ini melibatkan banyak kalangan tanpa mengenal strata kaya-miskin dan keagamaan karena tradisi ini berisi doa-doa yang diajarkan agama Islam pada umumnya untuk almarhum keluarga yang telah dikuburkan.
Ritual nyadran berbeda dari tempat satu ke tempat lainnya. namun biasanya nyadran dimulai dengan membuat ambeng (makanan yg diletakkan dalam tumpeng). Ambeng tersebut berisi makanan lengkap dengan lauk pauknya, bahkan untuk keluarga yang mempunyai ekonomi lebih biasanya menambahkan makanan lain semisal ketan, apem dan lainnya. masing-masing keluarga dalam satu kampong biasanya membuat ambeng tersebut, namun itupun tergantung kemampuan yang bersangkutan. Jika ia tdk mampu untuk membuatnya tidaklah mengapa karena yang terpenting adalah kebersamaan dalam acara nyadran.
Biasanya nyadran diadakan pada hari kamis pagi. Ambeng ditutup bagian atasnya dengan daun pisang dan dibawa oleh keluarga, biasanya yang turut dalam ritual tersebut adalah kaum lelaki, sementara kaum wanita mengerjakan penyiapan ambeng serta berdoa dari rumah masing-masing. Semua ambeng akan dikumpulkan ditempat tertentu, biasanya adalah masjid. Disana akan banyak ambeng terkumpul. Kemudian setiap orang yang datang baik dewasa maupun anak-anak akan melingkar disetiap ambeng tersebut. Sesepuh desa (kyai) akan memimpin upacara berdoa bersama. Sebelumnya ia akan memberikan wejangan tentang kehidupan dan kematian, mengingatkan para peserta untuk ikhlas atas apa yang ditentukan oleh-Nya serta membuang jauh-jauh syirik dalam setiap aktifitas kehidupan. Setelah itu ia akan memimpin doa bersama, yang diakhiri dengan pembagian ambeng oleh masing-masing warga yang melingkari tiap ambeng. Biasanya tiap ambeng akan dibagi kepada empat orang.
Dari ritual ini setidaknya ada beberapa hal yang bisa diambil hikmahnya:
Pertama, nyadran adalah ungkapan rasa syukur pada yang kuasa atas segala nikmat yang diberikan. Dalam ritual ini setiap keluarga biasanya akan membuatkan makanan terbaik untuk diisi didalam ambeng yang berisi nasi, satu ekor ayam kampong panggang, telur dan lauk lainnya. tidak setiap saat mereka dapat membuat lauk seperti ini untuk konsumsi keluarga. Namun saat nyadran mereka rela untuk iklas memberikan yang terbaik bagi siapa yang akan mendapatkan ambeng mereka.
Kedua, nyadran mengajarkan sikap kedermawanan. Ditengah-tengah arus gaya hedonisme yang menggerus tatanan nilai budaya, nyadran bisa dikatakan sebagai salah satu pilar yang bisa menjaga sikap masyarakat untuk peduli dengan masayrakat sekitarnya. Mereka yang tidak mampu secara ekonomi pada saat nyadran akan mendapatkan makanan yang enak, begitu juga sebaliknya keluarga yang mampu akan lebih peka untuk bisa menyumbangkan rizqi yang didapatkannya.
Ketiga, nyadran mengajarkan sikap untuk menerima apa adanya. Sedari berangkat dari rumah untuk membawa ambeng, masing2 keluarga membuatkan yang terbaik ambeng mereka. Namun sesampainya di masjid, ambeng itu akan ditukar dengan orang lain yang kita tdk tahu apa sisinya karena ditutup dengan daun diatasnya. Setelah membuka dan ternyata isinya tidaklah lebih bagus dengan yang ia buat tidaklah membuat mereka kecewa. Nyadran mengajarkan manusia untuk menerima atas apa yang diberi oleh sang maha Kuasa. Begitulah kehidupan, kadang yang diharapkan tidak sesuai kenyataan, namun pengorbanan dan semangat untuk terus memberikan yang terbaik tetap dijaga.
Keempat, nyadran sebagai sarana mendoakan kepada keluarga dan leluhur serta mengingat kematian. Acara tradisi nyadran selalu diisi dengan doa untuk diampuni dosa-dosa keluarga yang terlebih dahulu dipanggil-Nya. Kyai selalu berpesan jangan mengaharapkan dari orang yang sudah meninggal, namun merekalah yang sudah meninggal membutuhkan kita yang masih hidup untuk menjadi anak yang sholeh dan bisa mendoakannya. Tradisi ini juga mengajarkan pada manusia untuk selalu mengingat kepada kematian sebagaimana yang dicontohkan kanjeng nabi.

Selasa, 24 Februari 2009

Catatan Kuliah: Kesiapan Mengajar Seorang Guru

Dr. Steingrobe namanya. Dia adalah dosen pada mata kuliah Plant Nutrition in the (Sub) Tropic. Kakak-kakak ‘kelas’ mengatakan kalau bapak yang satu ini mengajarnya kurang enak. Sebagai orang Jerman lidahnya agak kaku mengucapkan bahasa Inggris sehingga jika kita tidak benar2 hadir jiwa dan raga di kelas bakal lewat apa yg beliau sampaikan. Apalagi ujiannya lisan. Lengkap sudah ‘kekurangannya’. Begitulah kira2 pesan mereka sebelum saya putuskan mengambil mata kuliah ini disemester pertama.

Namun hal tersebut justru membuat saya penasaran. Pertama, karena ini pengalaman pertama kuliah di Negara lain membuat saya ingin tahu apa mungkin ada dosen yg model seperti itu di Universitas selevel ini. Kedua, karena terlambat datang ke sini sehingga mata kuliah ini menjadi pilihan yg memungkinkan.

Memasuki ruangan kuliah atau lebih tepatnya ruangan diskusi di laboratorium pak Steingrobe, hadirnya saya sebagai mahasiswa baru sangat kelihatan. Pasalnya hanya sedikit mahasiswa yang mengikuti kuliah ini. Hari pertama masuk kuliah ini sepertinya masih sebagian kecil saja materi yang nyangkut di kepala. Bukan saja susahnya memahami apa yg dikatakan sang dosen, materi yg berisi kimia tanah membuat otak ini harus lari-lari mengejarnya. Apalagi seumur hidup module seperti ini adalah yang pertama kali, bahkan sejak S1. Mungkin tepatnya ilmu yang diajarkan pak dosen adalah tentang ilmu tanah. Menjelaskan macam2 jenis tanah, mekanisme materi organik, mekanisme tumbuhan mengambilnya dan seterusnya.

Ada hal menarik yang saya ketahui setelah beberapa kali mengikuti kuliah ini. Setidaknya hal ini yang membuat semangat ini mucul untuk tetap hadir di kuliah. Pak Steingrobe ternyata selalu menyiapkan materi kuliahnya dengan sangat cermat. Beliau selalu membuat catatan kecil pada slide yang sebelumnya diprint. Meskipun saya yakin materi tersebut sudah sangat beliau hafal. Setidaknya bisa dilihat dari jurnal2 yg ditulisannya. Dari catatan itulah beliau menguraikan satu persatu isi slide yang memang banyak memuat formula, tabel dan grafik. Karena penasaran pernah sekali saya mencoba ‘pura-pura’ berdiskusi setelah kuliah hanya untuk melihat secara dekat apa yg ditulis oleh beliau pada balik kertas slide yg dicetaknya. Kecermatan lainnya adalah ketepatan waktu dalam mengajar. Kuliah selalu dimulai tepat waktu dan berhenti pada saat materi yg pas untuk selesai dengan waktu yg tepat pula.

Sebagai dosen meski masih beberapa kali mengajar, menyesuaikan waktu dan materi yang tepat bukanlah perkara yg mudah. Namun pak Staingrobe sepertinya sudah menyiapkan dengan cermat untuk melakukan itu. Bahkan tidak menutup kemungkinan beliau telah ‘berlatih’ untuk menyesuaikan waktu dan materi. Jika ini dilakukan, berarti beliau setiap kali akan kuliah sudah benar2 siap seperti layaknya kita akan presentasi sebuah projek. Luar biasa.. lalu bagaimana dengan kita (saya), yang biasanya selalu mempunyai alibi karena kesibukan mengerjakan proposal, laporan serta tugas2 manajemen di kampus sehingga tidak menyiapkan kuliah sedemikian rupa seakan menjadi maklum. Jika ditarik benang lebih jauh, mungkin ‘status’ dosen berbeda antara Indonesia dan Jerman. Selayaknya Negara maju lainnya, di Jerman dosen ‘mungkin’ tidak perlu pusing mengejar ‘objekan’, ‘mengamen’ disana-sini untuk menjaga dapurnya ‘tetap ngebul’, begitu biasanya alibi klasiknya.

Kembali ke pak Staingrobe. Meski kepala ini masih berdenyut2 setiap mengikuti kuliah, namun minimal ada ilmu yg sangat berharga didapatkan. Ya, pak Steingrobe benar2 telah memberikan contoh bagi saya bagaimana menyiapkan kuliah secara benar. Beliau rela mengkorbankan waktu yg lebih untuk menutupi ‘kekurangan’ susahnya materi yang diajarkannya. Setidaknya pandangan tersebut juga saya dapatkan dari beberapa teman sekelas yang rata2 juga merasa tidak mudah memahami isi kuliah ini. Ah, selalu saja ada yg berharga dari setiap hal…. Terima kasih pak Doktor!
Goettingen, 24 Februari 2009.

Sabtu, 21 Februari 2009

Negeriku kini: Dari Ponari hingga Irfan

Belum usai kehebohan berita tentang Ponari, sang anak yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan batu ‘ajaib’nya, kini bermunculan pula kasus serupa. Sebut saja Dewi, kanak-kanak tetangga desa sang dukun juga diyakini mempunyai ‘saudara’ batu dari batu yang dimiliki Ponari. Tidak ketinggalan pula kini Irfan Maulana di Madura yang lebih muda lagi umurnya dibanding Ponari, juga diyakini mempunyai batu ‘ajaib’ yang serupa. Anak kelas satu SD ini pun konon kini setiap hari membuka ‘praktek’ dan mempunyai pasien yg saban hari selalu berkunjung ‘berobat’ padanya.
Kisah Ponari, Dewi dan Irfan menggambarkan betapa ‘rapuhnya’ tingkat rasionalitas pemikiran yang dimiliki oleh rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, puluhan ribu orang sudah berdatangan ke rumah Ponari hanya ingin mendapatkan celupan batu dan tangan anak kecil ini. Belum lagi yang kini pasien yang masih mengalir ke kediaman Dewi dan Irfan. Memang banyak yang berkilah, bahwa itu adalah salah satu ikhtiar untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Namun adakah yang sudah bisa menyajikan ‘data’ berapa persen pasien yang sudah disembuhkan oleh ‘celupan batu’ tersebut. Media massa justru menyajikan tayangan yang sebaliknya. Beberapa orang yang telah mencoba ‘berobat’ ke dukun-dukun mengaku tidak merasakan ‘keajaibannya’. Namun masyarakat seolah tidak peduli, demi mendapatkan kesembuhan, rasio itu dibuangnya jauh-jauh.
Dimensi ‘kemiskinan’
Krisis ekonomi tahun 2007 benar-benar telah merontokkan sendi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia. Bahkan era reformasi yang muncul setelahnya seolah-olah tidak berdaya dan justru menularkan krisis-krisis ke dimensi kehidupan lainnya. Kemiskinan ekonomi kehidupan masyarakat Indonesia seakan-akan enggan berpisah. Meski ada klaim kemiskinan telah berkurang, namun jika ditengok kehidupan ‘nyata’ rakyat sehari-hari masih berkubang dengan mahalnya harga sembako, pendidikan bahkan kesehatan.
Kondisi ini seolah telah membuat dimensi lainnya yaitu spiritual masyarakat menjadi ikut tertular mengalami ‘kemiskinan’. Himpitan ekonomi membuatnya mau melakukan apa saja. Kasus-kasus kekerasan, penipuan dan lainnya yang seakan tidak muat menghiasi media massa sebagian besar dilatarbelakangi kemiskinan ekonomi.
Salah satu teori mengatakan, “segala aktifitas manusia didasari apa yang menjadi pemahamannya” . Artinya, perbuatan yang menjadi kendali pada manusia selalu didasarkan pola pikirnya. Jika ia merasa itu bisa dimaklumi untuk dilakukan maka ia akan melakukannya, begitupun sebaliknya. Sehingga yang menjadi tolak ukur adalah batasan pemikirannya terhadap perbuatannya tersebut. Jika demikian maka keluasan berfikir perlu dimiliki seseorang supaya ‘selamat’ menjalani hidupnya. Ujung-ujungnya pendidikan menjadi prakara yang mutlak diperlukan untuk menjadikan masyarakat mempunyai wawasan yg luas serta menjadi lebih ‘bijak’ dalam bersikap. Dus, jika pendidikannya mahal, masyarakat menjadi tidak sanggup menjalaninya dan ditambah biaya kesehatan yg juga tidak murah maka tidak heran jika kasus Ponari dkk ini bisa terjadi di negeri ini.
Euphoria Menjelang Pemilu?
Jika dirunut sejarah lima tahun yang lalu, kasus ajaib dan menghebohkan juga sempat terjadi saat menjelang musim pemilihan umum. Awal tahun 2004 yang lalu, muncul kasus ‘kolor ijo’ yang sempat membuat was-was kaum ibu khususnya. Alih-alih kebenaran yang didapat, ternyata ‘kasus’ tersebut hanyalah kampanye ‘terselubung’ dari peserta Pemilu.
Ponari dkk ini hanyalah bocah, banyak ahli masalah anak-anak menyimpulkan adanya orang yg ‘bermain’ dibelakangnya, entah alas an ekonomi (PAD kasus ‘ponari’ sudah mencapai 0,5 Milyar) atau alasan-alasan lainnya. Yang jelas Ponari, Dewi dan Irfan hanyalah bocah mungkin saja juga ‘korban’ dan sekarang Indonesia sedang memasuki hajatan Pemilihan Umum. Apakah kasus Ponari dkk ada yang bermain disana untuk pemilu seperti kasus-kasus ‘ajaib’ lima tahun yang lalu? Kita lihat saja, apakah misteri ‘batu petir’ itu bisa terkuak.
Goettingen, 21 February 2009.

Rabu, 28 Januari 2009

Palestina, Tanah yang diberkahi Allah

Kota Gaza (ANTARA News)22 Januari 2009 - Kerusakan yang terjadi di Kota Gaza, Palestina terjadi merata, baik di daerah pinggiran hingga di pusat kota. Bukan saja bangunan pemerintah, namun tempat ibadah seperti masjid maupun rumah sakit (RS), termasuk bangunan milik warga yang berdekatan.

Sekitar 1 Km dari markas polisi yang diterjang peluru kendali (Rudal) pada serangan pertama oleh militer Israel pada 27 Desember 2008 itu, gedung parlemen juga luluh-lantak, sehingga sama sekali tidak bisa difungsikan. Jumlah korban pun sudah bukan jumlah yang sedikit. Menurut Otoritas Palestina, serangan 22 hari oleh Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan 1.330 orang dan melukai 5.430 jiwa, mulai dari orang tua, dewasa laki-laki dan perempuan, sampai anak-anak yang tidak berdosa. Selain itu serangan Israel menghancurkan 4.000 rumah dan merusak 17.000 rumah lainnya.

Perang di Gaza seakan membangunkan dunia khususnya kaum muslimin. Aksi penolakan dan pengecaman pun ramai dilakukan, mulai dari pengiriman dana, bantuan makanan, obat-obatan, pakaian, tenaga medis, relawan, melakukan lobi-lobi, sampai pemboikotan. Perserikatan Bangsa-Bangsa pun dituntut untuk melakukan fungsinya, pun demikian dengan Liga Arab, OKI, dan organisasi dunia lainnya. Pada satu sisi fenomena ini memberikan secercah harapan akan masih adanya perasaan yang satu dalam kaum muslimin. Akan tetapi pada sisi yang lain juga menampakkan ketidakberdayaan negeri kaum muslim saat berhadapan dengan negara adidaya Amerika.

Lihat saja ketika Amerika Serikat menolak Resolusi yang berjudul "Kondisi kesehatan yang amat menyedihkan di Palestina terutama Gaza," yang disponsori negara-negara OKI termasuk Indonesia. Dalam sidang "Executive Board" WHO yang digelar sejak 19 hingga 27 Januari telah disahkan Resolusi yang berjudul "The Grave Health Situation in the Occupied Palestinian Territory, particularly in the Occupied Gaza Strip", demikian Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Acep Somantri kepada koresponden Antara London, Kamis.

Menurut Acep Somantri, resolusi disetujui melalui pemungutan suara dengan 28 suara mendukung termasuk Indonesia dan satu suara menolak yaitu Amerika Serikat. Empat negara abstain yaitu Malawi, Bahamas, Selandia Baru dan Samoa serta satu negara tidak hadir (El Savador).

Ya, berita Gaza Palestina demikian hangat dibicarakan di media baik cetak maupun elektronik. Ada pemberitaan yang objektif namun tidak sedikit juga yang subjektif dan cenderung malah memojokkan posisi Hamas dan Palestina. Tulisan ini mencoba menghadirkan persoalan ini dalam posisi yang seharusnya, Gaza Palestina sebagai tanah kaum muslimin.

Hukum syara tentang pemecahan masalah palestina


Sesungguhnya masalah Palestina adalah persoalan tanah Islam yang dirampas. Firman Allah swt : "Sesungguhnya Allah (hanya) melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama, dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu orang lain untuk mengusirmu (QS. Al Mumtahanah 9).

Jika ayat ini melarang menjadikan mereka sebagai teman, bagaimana mungkin kita_kaum muslimin bisa menyerahkan tanah kita pada mereka? Oleh karena itu, sejak tahun 1957 Badan Fatwa Universitas AL-Azhar telah mengumumkan bahwa berdamai dengan israel dalam bentuk apapun, hukumnya haram, selama eksistensi yahudi masih tegak di bumi palestina, baik kondisinya kuat atau lemah.

Adapun alasan Rasulullah melakukan perjanjian Hudaibiyah sesungguhnya tidak dapat dijadikan alasan pada masalah ini. Karena hukum syara telah menentukan syarat-syarat perjanjian dalam Islam sebagai berikut:
1.perjanjian hanya sah secara syar'i jika ditetapkan oleh seorang khalifah atau wakil khalifah
2.perjanjian harus berorientasi pada kemaslahatan kaum muslimin dan dakwah Islam
3.perjanjian bukan perjanjian abadi, tetapi harus memiliki batas waktu
4.Objek yang disepakati adalah perkara yang mubah, bukan perkara yang haram seperti melepaskan negeri muslim.


Pemecahan Islami untuk Masalah Palestina

Sebelum kita melihat pemecahan islami untuk masalah ini, mari kita lihat terlebih dahulu bahwa :
1.sesungguhnya upaya mendirikan negara israel terkait erat dengan upaya meruntuhkan kekhilafahan Islam. Oleh karena itu, permasalahan palestina adalah pertarungan peradaban Islam dengan peradaban Barat.
2.Perseteruan yang terjadi hakikatnya bukanlah antara Islam dan Yahudi, tetapi dengan negara di belakang Yahudi, yang mengakui eksistensi negara Israel seperti Inggris, Australia, Mesir, Singapura dan AS.

Lihat saja dukungan nyata yang mereka berikan pada Israel. Juru bicara Gedung Putih, Gordon Johndroe menyatakan, Amerika Serikat menginginkan Pejuang Palestina untuk menghentikan serangan roketnya ke Israel. Amerika menilai, serangan Israel ke Jalur Gaza dilakukan sebagai tindakan reaksi atas serangan roket tersebut. Hamas harus segera menghentikan serangan roketnya ke Israel. Amerika melihat Hamas bertanggung-jawab atas pelanggaran gencatan senjata.

Lihat juga dukungan dari Australia ini. Tawaran bantuan kemanusiaan tersebut disampaikan Pejabat Perdana Menteri Australia Julia Gillard dalam pernyataan pers di Brisbane, Jumat (2/12)."Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sangat memprihatinkan dan pemerintah (Australia) percaya bahwa sangat penting bagi Israel memenuhi kewajiban-kewajiban kemanusiaannya untuk memastikan rakyat Jalur Gaza mendapat akses pada kebutuhan pokok dan bantuan kemanusiaan," kata Gillard. Aksi kekerasan yang pecah menyusul bubarnya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza dan kemudian disusul dengan serangan roket para pejuang Palestina ke wilayah selatan Israel itu dianggap pemerintah Australia sebagai "hak Israel mempertahankan diri." Australia menghormati "hak Israel" untuk hidup dan "sebuah negara bangsa (yang merdeka) bagi rakyat Palestina", katanya. Australia memiliki kontribusi bersejarah bagi kelahiran negara Israel yang diproklamasikan pada 14 Mei 1948.

Fakta ini seharusnya menyadarkan kaum muslimin akan musuh yang sebenarnya. Umat Islam saat ini seperti orang yang berusaha membunuh sekawanan serangga penggangu tanpa mengetahui sumber serangga tersebut. Ketika seekor serangga terbunuh, muncul serangga yang lain dan sumber serangga tersebut akan tetap terjaga sementara orang tadi hanya sibuk mmbunuh serangga yang tampak.

Jadi pemecahan yang Islami untuk masalah ini adalah dengan mengembalikan porsi energi kaum muslimin dalam membentuk sebuah kekuatan adidaya setara dengan negara adidaya zhalim yang berkuasa sat ini, itulah daulah Islam. Daulah ini yang akan mengemban jihad membebaskan tanah kaum muslimin dari cengkeraman penjajah. Inilah solusi islami.

Kaum muslimin harus memahami bahwa untuk menjalankan solusi islami mengharuskan umat untuk menanamkan benih tauhid yang suci, dan bebas dari segala jenis kotoran di dalam jiwanya, agar benih ini mampu menghasilkan buah yang dahulu pernah dipetik hasilnya. Aqidah Islamlah yang mampu mencegah dari sikap lemah dan mudah menyerah. Mencegah dari sikap kompromi dan moderat. Aqidah Islam juga yang akan mendorong kaum muslimin untuk berpegang teguh kepada Islam dan tidak menyerah pada fakta yang ada. Aqidah islam pula yang akan mencegah umat dari belenggu hawa nafsu, ketakutan yang semu. Aqidah inilah yang mampu menguatkan kaum muslimin untuk menempuh solusi Islami meskipun harus menempuh waktu yang lama.

Adapun ketakutan-ketakutan yang muncul jika dunia dipimpin oleh daulah Islam adalah ketakutan yang tidak beralasan. Seorang orientalis Jerman pemerhati sastra Arab Adam Mitz berkata "perbedaan yang paling besar antara negara Islam dan Eropa yang ada pada masa abad pertengahan adalah adanya jumlah yang tidak sedikit dari pemeluk agama selain Islam yang hidup bersama orang-orang Islam. Mereka adalah ahlu dzimmah"

Will Durant berkata "Ahlu dzimmah yang beragama nasrani, zoroaster, yahudi dan shabi'i pada masa pemerintahan umayyah menikmati sikap toleransi yang tidak pernah mereka temukan di negeri-negeri nasrani pada masa sekarang. Mereka bebas melakukan aktifitas keagamaan mereka, dan bisa memelihara gereja dan rumah ibadah mereka."

Demikianlah ketika Islam berjaya, maka umat manusia seluruh dunia tanpa kecuali akan merasakan kemaslahatannya. Jadi, apa lagi yang kita tunggu Saudaraku?

Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw "tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslim memerangi yahudi, kemudian kaum muslim memerangi mereka sampai akhirnya orang-orang yahudi berlarian berlindung di balik batu dan pepohonan. Lalu batu dan pepohonan itu berkata "wahai muslim..wahai hamba Allah, ini..ada orang yahudi bersembunyi di belakangku , kemari dan bunuhlah dia." (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu'alam bishshawab

Selasa, 13 Januari 2009

BERHASIL MENJADI MANUSIA

Allah berfirman dalam al-qur'an surat al-a'raf 179 "dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakandari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakannya untukmemahami ayat-ayat Allah, danmereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Dari ayat ini dengan jelas Allah menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya sama seperti binatang ternak bahkan bisa lebih hina, bilamana potensi kelebihan yang diberikan oleh Allah kepadanya tidak dioptimalkannya. Untuk mengoptimalkan potensi manusia ini, tentu harus di kenal terlebih dahulu potensi tersebut.

Potensi manusia yang pertama adalah kebutuhan jasmani (hajatul 'uduwiyah). Kebutuhan jasmani adalah kenyataan bahwa setiap bagian organ tubuh manusia memerlukan kondisi, benda, dan aktivitas tertentu. Kondisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia misalnya tidur, istirahat,dan suhu udara tertentu. Sedangkan benda yang diperlukan antara lain:makanan, minuman, dan oksigen untuk bernafas. Sedangkan aktivitas yang dilakukan adalah makan, bernafas, buang hajat, dan lain sebagainya.

Kebutuhan jasmani ini merupakan kebutuhan yang lahir karena pengaruh kerja struktur organ manusia. Oleh karena itu, pada kadar tertentu kebutuhan ini wajib dipenuhi sesegera mungkin karena jika tidak dipenuhi segera akan mengantarkan pada kerusakan organ atau tubuh manusia sehingga mengantarkan pada kematian.

Potensi manusia yang kedua adalah naluri (gharizah). Naluri adalah khashiyyat dari Allah kepada manusia untuk bisa mempertahankan eksistensinya (ghorizah baqa'), keturunannya (ghorizah naw'), dan mencari petunjuk tentang keberadaan Sang Pencipta (ghorizah tadayyun). Penjelasan tentang ghorizah baqa' terdapat dalam al-qur'an surat an-Nahl 68 "Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah 'buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia'". Penjelasan tentang ghorizah naw' terdapat dalam al-qur'an surat yusuf 24 "Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud melakukan perbuatan itu dengan yusuf, dan yusuf juga bermaksud melakukan perbuatan yang sama dengan wanita itu, seandainya Dia tidak melihat tanda-tanda dari Tuhannya". Penjelasan tentang ghorizah tadayyun terdapat dalam al-qur'an surat az-zumar 8 "Dan jika manusia ditimpa kesusahan, dia memohon kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya".

Jika kebutuhan jasmani lahir dari tuntutan tubuh manusia, berbeda halnya dengan naluri. Naluri lahir dari tuntutan di luar tubuh manusia, baik berupa realita ataupun sekedar pemikiran. Seseorang yang sebenarnya tidak merasa lapar, tetapi disuguhkan makanan dengan tampilan yang sangat menggugah selera, maka dia akan muncul keinginan makan. Ini adalah pengaruh realita, jadi perilaku makan orang tersebutbukan dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmaninya tetapi hanya memenuhi gharizah baqa'nya saja. Seorang yang dewasa bisa muncul dorongan syahwatnya jika dia membayangkan sosok lawan jenisnya, meskipun realitanya sosok lawan jenis tersebut hanya imajinasinya. Ini adalah pengaruh pemikiran dalam memunculkan tuntutan naluri.

Karena tuntutan ini datang dari pemikiran dan realita maka tuntutan ini tidak harus selalu dipenuhi, cukup dialihkan saja karena tidak akan mengantarkan pada kerusakan tubuh. Pengalihan tuntutan ini dapat dilakukan dengan menjauhi realita dan pemikiran yang dapat memunculkan tuntutan tersebut. Jadi, seorang yang sedang tidak lapar semestinya tidak perlu jalan-jalan ke restoran. Dan seorang dewasa semestinya menghindari mengimajinasikan lawan jenisnya agar syahwatnya terkendali, dan lain-lain. Pengalihan juga dapat dilakukan dengan mengarahkannya kepada ghorizah tadayyun. Seorang yang tergoda untuk belanja makanan sementara dia tidak lapar semestinya mengalihkan perhatiannya kepada orang-orang yang kelaparan dan mengingat bahwa mubazir adalah pekerjaan syaithan. Seseorang yang jauh dari istri atau suami dapat mengendalikan gharizah naw'nya dengan mengalihkan waktunya untuk shalat, tadabur al-qur'an, menimba ilmu, da'wah, dan lain-lain.

Kedua potensi di atas ada pada manusia, juga ada pada hewan. Lalu di mana perbedaan antara manusia dengan hewan? Jawabannya adalah pada potensi ketiga ini, yaitu akal. Manusia diberikan akal oleh Allah agar dengan akal tersebut ia menimbang dan memutuskan pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan jasmani ataupun nalurinya. Ketika manusia berada dalam kelaparan dan di depannya ada makanan yang bukan miliknya, maka dengan akalnya manusia akan menimbang apakah akan memakan makanan yang bukan miliknya tersebut atau tidak. Ketika manusia diperlakukan kasar oleh seseorang, maka dengan akalnya ia menimbang apakah akan membalas perlakuan tersebut atau mencari kejelasan penyebab perlakuan tersebut. Ketika manusia merasa gejolak syahwat menguasainya, maka dengan akalnya ia menimbang akan menyalurkannya melalui zina atau lewat jalan yang halal. Ketika manusia merasa lemah dan butuh Dzat yang maha kuat, maka dengan akalnya ia menimbang akan menyembah siapa.

Demikianlah, dengan mengetahui potensi manusia ini berikut perannya masing-masing, maka Maha benar Allah bahwa jika potensi tersebut tidak dioptimalkan, maka manusia pada hakikatnya sama dengan binatang ternak, bahkan lebih hina lagi, dan mereka adalah orang-orang yang lalai. Wallahu'alam bi shawab.

Senin, 12 Januari 2009

Stoppt den Krieg!

Hari itu udara masih dingin di suhu minus 15 derajat. Tumpukan salju sisa hujan beberapa hari yang lalu juga masih menutupi sebagian jalan, taman dan rumah maupun gedung-gedung. Namun, dinginnya udara tidak menyurutkan niat ratusan manusia untuk berkumpul di Ganseliesel, ‘pusat’ kota Goettingen. Pukul 13.00 tepat pengeras suara itu menyalak. Teriakan pemuda itu memecah, menyeruak ditengah ramainya aktifitas ‘pasar’ sabtu sebelum libur esoknya. “Stoppt den Krieg!... Stoppt den Krieg!” (hentikan perang!). Seperti dikomando ratusan orang yang menyemut itu mengikuti yel-yel yang diteriakkannya. Dengan membawa berbagai poster, foto, selebaran dan bendera Palestina mereka bergerak perlahan menggugah dunia ini dan penduduknya untuk membantu Palestina menghentikan kebiadaban Israel.
Itulah secuil pesan dari ratusan warga di Goettingen Jerman untuk memberi dukungan pada Negara Palestina yang kini kembali berdarah. Tidak hanya warga keturan arab atau warga muslim yang berkumpul disitu. Teror Israel pada negeri Palestina juga menarik simpati warga local untuk ikut bergabung pada aksi tersebut.
Subhanallah… merasakan di tengah-tengah mereka, membuat diri ini semakin yakin Allah memang menjadikan umat muslim sebagai saudara. Bagaimana tidak, warna kulit kami berbeda, demikian juga dengan bahasa dan tempat asal kami. Namun itu bukanlah penghalang untuk mencintai satu dengan lainnya sebagaimana Kanjeng Nabi pernah ungkapkan. Meski Palestina jauh dari kami, namun jarak itu seolah terkikis dengan hadirnya ukhuwah. Pedihnya warga Palestina seolah mewujud hingga membuat kami gerah, pedih… Mereka benar bahwa muslim adalah bersaudara maka selayaknya sebagai saudara akan bahu mambahu membantu satu dengan lainnya. Ukhuwah ini telah tertanam.. meski dalam kondisi yang mengenaskan seperti yang pernah dikhawatirkan Kanjeng Nabi diakhir hayatnya.
Duhai Allah penjaga langit dan bumi ini, hamba mohon kuatkanlah ukhuwah ini, jadikanlah kami sebagai ummat pilihan sebagaimana janjiMu yang akan memenangkan kami atas mereka orang yang dzalim dan kafir. Kembalikan Palestina sebagaimana Engkau mengembalikannya melalui Shalahuddin Al-Ayubi dari tangan tentara salib. Amin
Goettingen, 10 January 2009